Friday, 22 January 2016

Menengok pendulangan intan tradisional Kalimantan

Menengok pendulangan intan tradisional Kalimantan
Seorang peserta Datsun Risers Expedition mengamati pendulang mengayak pasir dan batu untuk mencari intan di Pendulangan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (21/1). (Alviansyah Pasaribu)

Banjarmasin (ANTARA News) - Datsun Risers Expedition menyempatkan diri untuk menengok Pendulangan Intan Tradisonal Cempaka, di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis.

Kegiatan ini adalah bentuk eksplorasi alam dan budaya Pulau Kalimantan yang terangkum selama perjalanan Datsun Risers Expedition mengelilingi nusantara menggunakan mobil city car Datsun Go+ Panca. 

Lokasi pendulangan intan ini berjarak 50 kilometer dari pusat kota Banjarmasin dan 7 kilometer dari Banjarbaru.

Menjelang tiba di pendulangan intan, para risers (peserta ekspedisi) disambut dengan tantangan jalanan berlumpur tanah merah yang tergenang air, namun berhasil dilalui Datsun Go tanpa masalah.

Sebagian risers langsung mengambil gambar pada pendulang intan sementara yang lainnya berbincang dengan para pencari intan yang duduk di dalam kolam air sambil menyaring batu dan pasir.

Seorang pendulang Intan, Khaironi (37), mengatakan saat ini sangat sulit untuk mendapatkan intan kendati setiap hari mereka sudah merendam diri di kolam untuk menyaring batu dan pasir hingga larut malam.

"Biasanya sampai jam delapan malam kami di sini mencari intan, dapatnya tidak tentu, kadang seminggu sekali baru bisa dapat intan atau emas," kata Khaironi kemudian menjelaskan bahwa pendulangan tradisonal itu adalah milik warga setempat, Kamis.

Khaironi menjelaskan timnya yang terdiri dari delapan orang pendulang pernah mendapatkan intan sebesar biji jagung yang bernilai Rp300juta. Itu adalah penghasilan terbesar yang pernah diraihnya selama mendulang intan.

Namun Khaironi membeberkan bahwa di pendulangan itu terdapat pembagian hasil sebesar 15 persen untuk pemilik tanah yang juga warga setempat dan sisa hasil 85 persen dibagi dua dengan pemilik mesin penyaring batu kemudian dibagi lagi dengan anggota tim sebanyak delapan orang.

"Nilai satuannya besar tapi kalau sudah dibagi ya hasil yang kami terima paling Rp15-20juta, itu kami simpan untuk hidup di bulan berikutnya karena belum tentu akan dapat intan lagi," tutur Khaironi.

Kendati demikian Khaironi tidak ingin meninggalkan profesinya sebagai pendulang intan meskipun penghasilannya tidak menentu karena telah terlanjur menjalani profesi ini sejak 20 tahun lalu.


Batu Akik

Para risers pun bisa membeli intan secara langsung di Pendulangan Cempaka dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp100ribu untuk setitik intan berukuran kecil yang digunakan penghias cincin.

Namun jika tidak berminat membeli intan, para penjual akik pun punya banyak koleksi batu khas Kalimantan yang dijajakan kepada pengunjung Pendulangan Intan Cempaka.

"Biasanya yang kunjung ke sini itu turis, untuk foto-foto, beli intan atau batu (akik)," kata seorang penjual batu akik.

Batu akik tersebut sudah dibersihkan dan dibentuk oval atau kotak sehingga pembeli hanya cukup menyematkannya pada ring cincin yang dibeli di tempat lain.

Harga batu jenis Red Borneo dijajakan seharga Rp30ribu-Rp100ribu tergantung bentuk dan kebersihannya atau lebih murah dibandingkan harga di Jakarta yang mencapai ratusan ribu rupiah.

Setelah puas mengeksplorasi pendulangan intan, rombongan ekspedisi Datsun langsung meluncur ke Dealer Nissan Banjarmasin guna menutup kegiatan etape kedua.

Datsun Risers Expedition gelombang ketiga etape ketiga Pulau Kalimantan akan diteruskan pada pekan depan dengan rute Pontianak hingga Entikong kemudian akan bertolak ke Pulau Sumatera pada Februari 2016.
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2016

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Menengok pendulangan intan tradisional Kalimantan

0 comments:

Post a Comment