siarjustisia.com-ACEH.
Demam batu cincin di Aceh, baik jenis akik maupun giok dimanfaatkan oleh seorang pengusaha dan kolektor batu cincin dengan membangun sebuah museum. Museum ini nantinya akan diperuntukkan sebagai destinasi wisata untuk menyimpan puluhan koleksi batu cincin asal Aceh.
Adapun museum ini diberi nama Museum Abu Usman Top Idocrase oleh kolektor batu giok Aceh, Muhammad Usman. Museum ini diklaim museum pertama di dunia.
Gedung museum ini memiliki 5 lantai dengan luas 10 x 15 meter dan bisa menampung pengunjung antara 500 hingga 1.000 orang.
Muhammad Usman yang akrab disapa Abu Usman ini mengatakan, museum tersebut dibangun untuk melestarikan batu giok Aceh berbagai macam jenis. Sehingga anak cucu nanti ke depan bisa belajar dan mengenal dengan batu Aceh yang memiliki kualitas dunia.
"Ini museum idocrase pertama di dunia, adanya di Aceh. Tujuan kita buat museum giok Aceh ini untuk menyelamatkan aset Aceh supaya tetap masih tertinggal di Aceh, giok jenis Idocrase terbaik di dunia," kata Abu Usman, dalam konferensi pers di Museum Abu Usman Top Idocrase, Banda Aceh, Sabtu (31/1/2015).
Menurut Abu Usman, timbul gagasan membuat museum ini muncul setelah proses riset panjang yang dilakukan oleh beberapa pengusaha batu yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Batu Aceh (APBA). Riset itu menunjukkan bahwa aset Aceh yang memiliki nilai tinggi belum dikemas dengan baik. Padahal memiliki nilai ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu, museum ini juga akan menjadi salah satu destinasi wisata yang layak dikunjungi oleh wisatawan. Sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan kunjungan wisatawan dengan adanya Museum ini.
"Memang setiap pengunjung nanti akan diminta biaya sedikit untuk operasional, gaji pekerja di sini. Kira-kira kita rencanakan Rp 25.000 sekali masuk," jelasnya.
Adapun koleksi batu giok Aceh yang ada di Museum Abu Usman Top Idocrase ini mencapai 20 jenis. Batu-batu tersebut didatangkan dari beberapa kabupaten di Aceh seperti Nagan Raya, Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Aceh Selatan.
"Ada juga dari Pidie, Aceh Tamiang dan daerah Takengon (Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues)," tegasnya.
Jenis-jenis batu giok Aceh yang tersedia di museum ini adalah giok Idocrase yang memiliki kualitas dunia. Idocrase juga memiliki beberapa varian lainnya di antaranya adalah solar, pucuk pisang, lumut, bio solar, belimbing, melon Aceh dan neon Aceh.
Jenis lainnya yang terdapat di Aceh dan dimiliki di Museum Abu Usman Top Idocrase ini adalah batu jenis Nephrite. Jenis ini juga ada beberapa varian yaitu Nephrite Jade dan Black Jade.
"Kalau jenis Nephrite terbaik dua di dunia setelah Nephrite yang ada di Burma," imbuhnya.
Sedangkan harga batu koleksi di Museum Abu Usman Top Idocrase ada yang harganya jutaan, puluhan juta hingga puluhan miliar. Bahkan ia memperlihatkan batu cincin koleksi milik Abu Usman yang sudah pernah memenangkan juara pertama kontes batu cincin di Jakarta tahun 2014 lalu.
"Saya sudah 5 kali memenangkan kontes, semua batu yang saya menang ini harganya tinggi, tetapi demi agar aset Aceh tidak lari keluar, saya tidak menjualnya batu yang pernah menang," tukasnya.
Museum Abu Usman Top Idocrase ini mulai dibuka untuk umum pada tanggal 4 Februari 2015 ini. Dia berharap, terutama anak sekolah dengan bimbingan gurunya datang ke museum ini sebagai upaya edukasi bahwa Aceh memiliki batu yang berkualitas tinggi dan terbaik di dunia. (mer)
0 comments:
Post a Comment